Sejak gabung di Bontang Bike Community, Kang Cepy rutin bersepeda. Aku dan Dhiya kebagian ikut jalan-jalanya bila ada even di luar kota. Seperti Sabtu & Minggu kemarin, di acara Jambore Sepeda Gunung Tenggarong.
Pukul 6 pagi kami sudah memacu si panon hideung menuju kota tepian. Mampir sebentar di UD KK depan SCP, aku belanja bahan kue keperluan dapurna panon hideung sebelum melanjutkan ke Samarinda sebrang.
Rupanya sebelum meneruskan perjalanan ke Tenggarong lewat jalan lama, kami mengunjungi arena sepeda downhill di Samarinda Sebrang. Setengah hari itu kami gunakan untuk uji nyali menggunakan trek baru (buat yang punya nyali).
Aku dan sebagian besar rombongan dari Bontang cukup menikmati saja. Ngeri-ngeri gimana gitu melihat keberanian para pesepeda down hill yang serasa punya nyawa berlapis. Jatuh berdebum dari ketinggian rupanya tak membuat mereka jera. Bangkit dan bangkit lagi. Hiiiii... apa ga sakit itu badan? Aku sampai-sampai berpesan pada anakku Dhiya, "Dek, boleh pilih olahraga apa saja, tapi ga usah olah raga yang membahayakan seperti sepeda down hill yaa..."
Dhiya cuma mengangguk...
Sore itu perjalanan kami lanjutkan menuju Tenggarong lewat jalan lama yang butuh waktu hampir 2 jam. Sejak jembatan kebanggaan Kukar runtuh, otomatis perjalanan harus melewati jalan lama. Padahal kalau lewat jalan baru hanya perlu waktu 30 menit. Hanya saja untuk melintas jembatan Mahakam di Samarinda macetnya ampun-ampunan. Yah, apa boleh buat.... terpaksa kami menyusuri jalan lama yang jauh dan jalannya penuh lubang. Potret jalanan propinsi yang katanya kaya....
Di kota kecil itu kami menginap semalam untuk persiapan jambore besok pagi. Menghabiskan malam kami menyusuri tepian sungai dan duduk-duduk sambil makan. Tak ada yang istimewa. Kota ini rapi indah, tapi begitu sepi. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di kamar guna persiapan besok pagi.
Jambore sepedanya sendiri tak kuikuti. Aku dan Dhiya dengan nebeng mobilnya Susan datang ke tempat Jambore ketika acara hampir selesai. Tak ada yang seru. Biasa-biasa saja.
Yang seru justru ketika kami bersiap-siap kembali ke Bontang. Untuk mempersingkat waktu kami memutuskan menyebrang dengan menggunakan Fery. Rupanya kendaraan yang antri panjang sekali. Hampir 2 jam kami menunggu untuk mendapat giliran menyebrang.
Teman yang tak sabar memilih untuk menggunakan perahu klotok. hiiii serem...
Aku dan Kang Cepy sih lebih memilih yang aman dan bersabar menanti giliran. Akhirnya toh kebagian juga....
Usai menyebrang, Kang Cepy memacu panon-hideung dengan kecepatan sedang. Hanya 30 menit kami sudah tiba di Samarinda. Ga afdol rasanya kalau ga mampir di mall hahaha... Belanja-belanja deh kita.... Ini yang paling kusuka kalau jalan-jalan sama Kang Cepy... Sering-sering aja ya Ayang.... Umi suka kok! hehehe....
Pukul 6 pagi kami sudah memacu si panon hideung menuju kota tepian. Mampir sebentar di UD KK depan SCP, aku belanja bahan kue keperluan dapurna panon hideung sebelum melanjutkan ke Samarinda sebrang.
Rupanya sebelum meneruskan perjalanan ke Tenggarong lewat jalan lama, kami mengunjungi arena sepeda downhill di Samarinda Sebrang. Setengah hari itu kami gunakan untuk uji nyali menggunakan trek baru (buat yang punya nyali).
Aku dan sebagian besar rombongan dari Bontang cukup menikmati saja. Ngeri-ngeri gimana gitu melihat keberanian para pesepeda down hill yang serasa punya nyawa berlapis. Jatuh berdebum dari ketinggian rupanya tak membuat mereka jera. Bangkit dan bangkit lagi. Hiiiii... apa ga sakit itu badan? Aku sampai-sampai berpesan pada anakku Dhiya, "Dek, boleh pilih olahraga apa saja, tapi ga usah olah raga yang membahayakan seperti sepeda down hill yaa..."
Dhiya cuma mengangguk...
Sore itu perjalanan kami lanjutkan menuju Tenggarong lewat jalan lama yang butuh waktu hampir 2 jam. Sejak jembatan kebanggaan Kukar runtuh, otomatis perjalanan harus melewati jalan lama. Padahal kalau lewat jalan baru hanya perlu waktu 30 menit. Hanya saja untuk melintas jembatan Mahakam di Samarinda macetnya ampun-ampunan. Yah, apa boleh buat.... terpaksa kami menyusuri jalan lama yang jauh dan jalannya penuh lubang. Potret jalanan propinsi yang katanya kaya....
Di kota kecil itu kami menginap semalam untuk persiapan jambore besok pagi. Menghabiskan malam kami menyusuri tepian sungai dan duduk-duduk sambil makan. Tak ada yang istimewa. Kota ini rapi indah, tapi begitu sepi. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di kamar guna persiapan besok pagi.
Jambore sepedanya sendiri tak kuikuti. Aku dan Dhiya dengan nebeng mobilnya Susan datang ke tempat Jambore ketika acara hampir selesai. Tak ada yang seru. Biasa-biasa saja.
Yang seru justru ketika kami bersiap-siap kembali ke Bontang. Untuk mempersingkat waktu kami memutuskan menyebrang dengan menggunakan Fery. Rupanya kendaraan yang antri panjang sekali. Hampir 2 jam kami menunggu untuk mendapat giliran menyebrang.
Teman yang tak sabar memilih untuk menggunakan perahu klotok. hiiii serem...
Aku dan Kang Cepy sih lebih memilih yang aman dan bersabar menanti giliran. Akhirnya toh kebagian juga....
Usai menyebrang, Kang Cepy memacu panon-hideung dengan kecepatan sedang. Hanya 30 menit kami sudah tiba di Samarinda. Ga afdol rasanya kalau ga mampir di mall hahaha... Belanja-belanja deh kita.... Ini yang paling kusuka kalau jalan-jalan sama Kang Cepy... Sering-sering aja ya Ayang.... Umi suka kok! hehehe....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar