Di atas keramba di bibir teluk
Berteman camar dan debur ombak
Di hamparan cakrawala biru
Anak nelayan memandang daratan
Pada subuh yang berpeluh
Jarinya bergetar mengangkat joran
Ini hari ketiga ayah tak pulang
Sayup berita tersebar, badai telah tenggelamkan kapal
“Ayah kan pulang...” desisnya
Entah pada siapa
Apakah pada ombak, camar atau biru langit yang membentang?
Entah...
Di atas keramba anak nelayan tetap menanti
Harapnya takkan putus berhenti
Karena ayah telah berjanji
belikan seragam dan daftarkan di sekolah negeri
“Ibu, ayah pasti pulang kan? Besok aku sekolah kan?” rengeknya tadi pagi
Sayang, keinginan hanya sebatas mimpi
Bersama kabut pagi ayah benar-benar pergi menghadap Ilahi
Keinginan sederhananya musti pupus
karena ketika pagi berganti
Laut telah menanti untuk ia arungi sebagai lelaki
(tanggungjawab itu tanpa upacara serahterima telah berpindah ke pundaknya)
Bontang, 20 April 2012
Di tempat tinggalku yang terletak di tepi hutan tak jauh dari tepi laut.
Berteman camar dan debur ombak
Di hamparan cakrawala biru
Anak nelayan memandang daratan
Pada subuh yang berpeluh
Jarinya bergetar mengangkat joran
Ini hari ketiga ayah tak pulang
Sayup berita tersebar, badai telah tenggelamkan kapal
“Ayah kan pulang...” desisnya
Entah pada siapa
Apakah pada ombak, camar atau biru langit yang membentang?
Entah...
Di atas keramba anak nelayan tetap menanti
Harapnya takkan putus berhenti
Karena ayah telah berjanji
belikan seragam dan daftarkan di sekolah negeri
“Ibu, ayah pasti pulang kan? Besok aku sekolah kan?” rengeknya tadi pagi
Sayang, keinginan hanya sebatas mimpi
Bersama kabut pagi ayah benar-benar pergi menghadap Ilahi
Keinginan sederhananya musti pupus
karena ketika pagi berganti
Laut telah menanti untuk ia arungi sebagai lelaki
(tanggungjawab itu tanpa upacara serahterima telah berpindah ke pundaknya)
Bontang, 20 April 2012
Di tempat tinggalku yang terletak di tepi hutan tak jauh dari tepi laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar