Hidup tak musti hebat. Sederhana pun bisa berarti ...

Senin, 11 Mei 2015

Labuan Cermin - danau dua rasa. Biduk-biduk (Day 2)

Namanya juga Family Gathering & Bikecamping, jadi ga afdol dong kalau ga gowes keliling Biduk-biduk. Tapi jangan salah, berhubung Biduk-Biduk itu kecamatan di sepanjang pantai, jadi jalannya ya cuma lurus satu itu dari ujung ke ujung. Ga bisa kukurilingan jadinya.

Pasukan yang siap gowes....

Jalan sepanjang pesisir pantai

Musim kampanye, ada saja algaka.
Hari kedua kami pesiar menuju Labuan Cermin, danau dua rasa yang bikin takjub. Gimana enggak? Airnya yang super jernih bagaikan cermin itu mempunyai dua rasa : bagian atas tawar, yang bagian bawah asin. Nah loh, penasarankan?

Nyiur menjulang menuju langit biru...
Kampungnya keluarga besar dari neneknya Mirza dan Jabil
Pemandangan dermaga dari atas jembatan



Pelabuhan Labuan Cermin
Kami tiba di dermaga Labuan Cermin. Dilihat dari logat bicaranya, Saudagar pemilik kapal itu bukan penduduk asli Kaltim. Kebanyakan dari mereka adalah suku Bugis yang memang terkenal sebagai pelaut. Hidup mereka kelihatan makmur. Anak-anak mereka sekolah tinggi meski harus jauh menempuh jarak ke Samarinda untuk menyekolahkan anak-anaknya disana.

Salah satu keluarga yang kami kunjungi adalah sepupu dari neneknya Mirza dan Jabil. Menurut beliau, penduduk satu kampung itu masih family semua. Pantas saja kami selalu dijamu dengan baik,  
Meski telah koyak,
peraturan tetap peraturan.
Wajib ditaati!
Untuk menuju Labuan Cermin, kami menyewa perahu. Kecil aja sih perahunya, tapi.... jangan kaget berapa banyak ia bisa memuat penumpang. 10? 15?! 20!! WOW!!! Itu pun tanpa life jacket. Duh! Sepanjang perjalanan hatiku diliputi doa, semoga perahunya tidak terbalik. Kalau sampai terbalik, hm... bisa sih berenang. Tapi, di tasku ada camera alfa dan lensa tele 300mm Sony tanpa dry bag. Wassalam deh kalau sampai nyemplung ke air.

Ini dia perahu yg akan membawa kami
menuju danau dua rasa Labuan Cermin
Coba hitung penumpangnya!
8 orang aja kan....
(pssstt.... itu baru bagian depan perahu)
Nah, ini penumpang bagian belakangnya...
Kalau dihitung, total ada 21 orang di perahu ini,
tanpa life jacket pulak! BYUH!!!!
Perjalanan perahu tak makan banyak waktu. Di tengah perjalanan, sebuah talang air membentang di atas permukaan air. Perahu dapat mulus lewat di bawahnya karena air sedang surut. Kanan-kiri sungai rimbun oleh hutan. Dua ekor bekantan berloncatan tanpa ragu. Benar-benar suasana alam yang sudah jarang kami nikmati. Sayang mereka kabur sebelum sempat dipotret.

Talang air di depan, masih bisa lewat di bawahnya
Danau dua rasa. Airnya jerniiiiihhhh sekali!
Danaunya benar-benar jernih bagaikan cermin. Perahu ditambat di sebuah ponton agar kami bisa turun. Seorang anak kulihat menyewakan ban untuk berenang. Harga sewa Rp.4.000,- saja sepuasnya. Menurut dia, ketika lebaran tiba, ia kebanjiran rejeki. Sehari bisa mendapatkan uang dua jutaan dari sewa-sewa bannya. Kebayang kan, berapa banyak pengunjung yg datang kesini.

Rimbun dan sejuk
Disewakan.
Bening, sejuk, rimbun.
Oh, iya. Ada satu kepercayaan yang tak boleh dilanggar. Setiap wanita yang akan nyemplung atau berenang tidak boleh dalam keadaan haid. Menurut cerita, ada penunggunya juga loh disini, yang kadang kala menampakkan diri berupa seorang Kyai. Duh, ndak usah muncul ya Pak Kyai. Biarkan saya menikmati keindahan danau tanpa kehadiran anda.

Berbatas hutan
Tak ada rasa bosan menikmati keindahan ini.
Satu lagi yang musti diingat, kami tak boleh membuang sampah sembarangan. Bahkan memakai deterjen adalah hal yang dilarang. Bukan apa-apa sih, itu adalah salah satu cara agar kelestarian danau terjaga. Bayangkan kalau ikan-ikan itu tercemar limbah deterjen, kasihan kan.

Ketika tak ada riak, perahu seperti melayang.
Mirza dan Jabil, si duo imut.
Di sini pun disewakan perahu kecil yang lantainya berjendela kaca, lengkap dengan dayungnya. Sambil mendayung di danau, kita dapat mengintip ikan-ikan yang berenang di dasar danau. Asyik deh! Sementara, di dahan-dahan itu... sekelompok monyet, juga bekantan asyik kasak-kusuk. Riang bermain tanpa takut terusik. "Oh, Indonesiaku! Bangganya masih bisa menikmati hutan alammu," kubisikkan kalimat itu ke telinga Dhiya anakku. Kuyakinkan padanya, betapa beruntungnya ia, sekecil itu masih dapat menikmat alam seperti ini. Sayangnya... lagi-lagi tak bisa memotret si onyet yg gerakannya gesit.
Perahu kecil dg jendela kaca di bawah.
Untuk mengintip ikan-ikan di danau.
Dayung dayung ayo mendayung....
Eh, ada yg nongol di balik kaca perahu hahaha...
Belum lagi sore tiba, pemilik perahu mengajak kami pulang. Bukan apa-apa. Air sebentar lagi pasang. Jangan-jangan kami tak bisa melewati talang air yang melintang di atas sungai. Buru-buru kami berkemas. Benar saja, tiba di talang air, perahu nyaris menyentuh talang. Lalu bagaimana kami bisa melewatinya tanpa kepala kami menabrak talang? Cemas dan takut meliputi wajah-wajah di perahu.
Air mulai pasang, Bisa ga ya perahu lewat di bawah talang?
Bapak perahu memberi intruksi untuk merundukkan badan sedatar mungkin agar perahu bisa lewat, tanpa badan kita tersangkut talang. Ingat, tak boleh ada berat sebelah, bisa-bisa perahu oleng! Aba-aba dimulai....Hup!!! Entah bagaimana caranya....sebagian merunduk, sebagian malah loncat ke atas tembok talang lalu loncat balik ke perahu.Tentu saja perahu jadi oleng yang membuat sebagian penumpang menjerit, untunglah perahu tak sampai terbalik. Semua menarik nafas lega seraya mengucap ALHAMDULILLAH.
"HOROR BANGET DEH!" gumanku sambil menggenggam erat tas kamera dan lensa teleku yang selamat. NYARIS SAJA!

Akhirnya,.... talang berhasil dilewati. Alhamdulillah....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar