Hidup tak musti hebat. Sederhana pun bisa berarti ...

Senin, 11 Mei 2015

The Little paradise : Biduk-biduk (Day 1)

Biduk-biduk, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Berau Kaltim. Kota yg membentang sepanjang pesisir. Nyiurnya yang menjulang, melambai di sepanjang pantai.

Kami menyewa 3 kamar di Penginapan Ratna. Namun  demikian, kami pun mendirikan tenda di pekarangan tepat di bibir pantai, agar suasana backpakeran lebih terasa :D


Malam itu, Minggu 29 Desember 2013. Masih dua hari menjelang tahun baru. Tapi penghuni kamar depan sepertinya sudah bersiap-siap untuk merayakan pergantian tahun. Ada sedikit ketegangan ketika kami mendirikan tenda tepat di depan kamar mereka. Rupanya mereka sudah booking tempat duluan untuk pesta tahun baru. Akhirnya kami putuskan untuk mendirikan tenda agak menjauh dari pintu mereka. Aman-aman saja akhirnya. 


Malam itu kami tertidur pulas. Tiba-tiba suara anjing melolong membuat kami terjaga. Bulu kuduk berdiri. Ada apa ya? Ah, kutepiskan rasa khawatir. Sisa penat akibat perjalanan panjang  membelah hutan membuat kami lelap kembali, tak sempat memikirkan apa yang terjadi.


Kendaraan andalan menuju Teluk Sulaiman :)
Bertolak dari dermaga Teluk Sulaiman menuju Pulau Kanjungan
Pagi harinya kami menuju Pulau Kanjungan dengan menyewa perahu. Sayangnya, bukan musim penyu bertelur. Tak satupun penyu yang kami jumpai. Sepagian kami habiskan untuk bermain di Pulau Kanjungan.  Tengah hari kami balik menyebrang ke Teluk Sumbang. Di ketinggian pulau itu terdapat beberapa air terjun. Yang terdekat berjarak 3 km. Anak-anak (Dhiya, Mirza dan Jabil) kami tinggal di mesjid Teluk Sumbang ditemani Mama dan Papanya Susan. Sementara kami ditemani Pak RT dari Kampung Suku Basap menyusuri huma dan ladang untuk mencapai air terjun pertama.

Di ketinggian menuju kampung Suku Basap
Jalan menanjak menuju kampung Suku Basap membuat nafasku tersengal. Mereka tinggal di perumahan kayu yang dibangun pemerintah. Paras muka Suku Basap lebih mirip orang Cina ketimbang orang Dayak. Ada pagar pembatas dan pintu masuk yang menandai kalau kami telah tiba di perkampungan Suku Basap.

3 km menuju air terjun
Oh, ya. Waktu itu kan musim Pilkada, jadi mereka mengira kami adalah Tim Sukses salah satu calon. Waduh! Betapa daerah terpencil pun sudah sedemikian  menjadi sasaran empuk untuk meraup suara.


Pagar pembatas menuju Perumahan Suku Basap
Seorang warga Suku Basap.
Sebenernya pingin nyapa, tapi kok tak ada keberanian di hati saya.
Dia berlalu, baru nyesel deh saya. 
Perumahan Suku Basap. Kurleb 50 kk.
Berpapasan dengan satu keluarga Suku Basap
Dengan keranjang khasnya.
Bawa apa ya?
Lebih mirip orang Cina ya?

Futu-futu dulu deh kita...
(Elo kaleee!)

Pak RT dari Suku Basap,
Penunjuk jalan menuju air terjun
Melintas ladang dan huma di bukit.
Mendaki dan menuruni lereng bukit yg licin karena hujan

Tiba juga di tepian sungai yg airnya dingin
Tuntun-tuntun, tanda sayang istri... :)
Jeramnya kecil aja... tapi licin.
Menyusuri tepian sungai dalam keheningan alam.
Berasa anak rimba :)
Hadapi rintangan dan hambatan

Tibalah di air terjun Soom.

Puasssss?
Ternyata BELUM!!!
Tunggu kisah esok harinya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar